www.gunadarma.com
Nama : Mikhael Kristian, NPM : 24210401, Kelas : 2EB20
‘Bom waktu’ yang dibuat
pemerintah sejak sebulan lalu direncanakan akan meledak pada 1 April 2012
mendatang. Isu kenaikan BBM yang sudah menuai kontra dari beberapa ormas hingga
Mahasiswa seluruh Universitas di Indonesia menjadi hotnews dibeberapa media.
Belum usai demo dan protes yang terus bergulir atas rencana tersebut, isu-isu
atas kenaikan berbagai harga terus bermuculan. Bagaikan bola salju, isu
kenaikan harga-harga ini terus menggelinding, tidak bisa dibendung, semakin
membesar dan mengakibatkan keresahan yang semakin menjadi-jadi bagi rakyat
Indonesia. “BBM naik, harga pokok tidak akan naik” begitu lontaran dari salah
satu pejabat tinggi Indonesia yang menjadi hotline media cetak Sumatera
Express. Apakah pemerintah dapat menjamin harga-harga pokok di Indonesia tidak
akan naik? Ambil contoh saja pedagang keliling yang menjual durian dengan harga
5.000/buah, harga tersebut akan berubah apabila kita berjalan sejauh 40km dari
tempat semula. Harga dapat saja berubah menjadi 7.000 - 15.000 per buah nya.
Penggunaan BBM terbesar berasal
dari transportasi (68%). Secara otomatis kenaikan tersebut berimbas kepada
pemilik kendaraan umum (angkot, bis kota, dll) untuk menaikkan tarif jalan.
Hampir seluruh transaksi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia melibatkan alat
transportasi berbahan bakar minyak. Dengan kenaikan harga BBM, maka dengan
sendirinya kebutuhan pokok akan ikut naik. Ketika bahan pokok naik, maka
kenaikan ini juga akan berimbas pada kenaikan jumlah warga miskin di Indonesia.
Kenaikan BBM yang tidak diimbangi dengan kenaikan gaji menjadi salah satu
pemicu meningkatnya pengeluaran bulanan keluarga. Kenaikan BBM sudah cukup
jelas merugikan dari sektor ekonomi mikronya.
Efek dari rencana kenaikan harga
BBM ini menyebar ke seluruh sektor kehidupan dan berdampak sistemik. Lebih
lagi, yang paling terkena imbas adalah sektor ekonomi, sosial dan budaya, baik
ekonomi makro maupun ekonomi mikro yang sektoral. Efek rencana kenaikan BBM
terhadap sektor ekonomi makro akan dirasakan dengan meningkatnya inflasi.
“Jika rencana kenaikan BBM 1
April mendatang disahkan, maka inflasi per April 2012 ini akan mencapai angka
7,1 bahkan 7,8%. Padahal menurut data Bank Indonesia, inflasi pada Februari
2012 lalu hanya mencapai 3,56%.” kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution
Artinya, kenaikan BBM ini akan
menaikkan angka inflasi mencapai lebih dari 4% atau dua kali lipat dari angka
inflasi sebelumnya.
Kenaikan inflasi ini pun pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Berkaca pada kenaikan BBM tahun 2005 lalu, peningkatan inflasi akibat kenaikan
harga BBM membuat GDP riil Indonesia hanya mengalami sedikit kenaikan dari sebelumnya
0,041 menjadi hanya 0,051. Penyebabnya adalah karena daya jangkau ekonomi
masyarakat, semakin rendah dan terlihat dari penurunan jumlah konsumsi rumah
tangga. Kemungkinan besar, hal serupa yang terjadi pada 2005 akan kembali
dirasakan pada tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar